Monday, December 18

Winter oh Winter



Nikmatnya summer... Foto ini diambil sekitar bulan Oktober. Udaranya masih hangat, paling sekitar 13 derajat. Cukup digin buat ukuran orang Jakarta, tapi untuk Sweden, itu hangat apalagi mataharinya masih terbit sampe jam 7 malem. Gue sangat merindukan kehangatan seperti waktu itu. Padahal baru juga 3,5 bulan di sini. Apalagi orang asli Swedia sini ya, mungkin mereka kangen banget udara hangat seperti masa2 summer.

Perasaan jealous juga muncul waktu ngeliat foto temen2 di Friendster. Satu temen yang lagi kuliah di Aussie foto2 Friendsternya kebanyakan dia lagi pake tanktop, celana pendek dan sendal jepit (Halo, Dita!). Jelas2 gue jealous banget karena gak mungkin lah bercelana pendek keluar rumah... Jangankan itu, pake sendal ke laundry room di gedung seberang aja rasanya udah salah kostum banget... Dingiiinn..

Scandinavia emang dingin. Ngapain juga gue kuliah sampe ke 'atas' begini. Bukan cuma dinginnya aja yang bikin hati menciut, tapi juga gelapnya. Sekarang2 ini matahari terbit jam 9 pagi (kurang lebih) dan terbenam jam 4 sore. Mana seharian seringnya hujan, dengan suhu terpanas paling 6 derajat. Kata temen di sini, besok2 sunlight akan semakin pendek durasinya. Paling2 terbit jam 10 dan terbenam jam 2 siang. Huaaaa....

Sebenarnya gue udah mempersiapkan diri dengan gelap pas winter ini. Stella, waktu dia di Norway, sering cerita dan dia bilang cuaca winter berikut gelapnya akan banyak mempengaruhi mood kita. Agak serem juga sih, dan setengah gak percaya. Begitu juga temen2 di kantor, the Tims, sempet bilang hal yang sama. Belum lagi selama masa orientasi (pas baru nyampe Sweden), sering dibilangin kalo Sweden is famous for its cold and dark winter. Banyak orang Swedia yang depresi waktu winter. Banyak juga yang melarikan diri ke negara tropis selama winter. Sebenarnya agak too much, gue pikir waktu itu. Dengan berbekal wejangan sana sini gue pikir gue akan cukup siap menghadapi winter, depresi dan homesick. tapi setelah dijalanin kayaknya.... huaaaa.... gue gagal...

Pertama, terlambatnya matahari terbit bikin gue telat bangun pagi pas kuliah. Walhasil, gue sering terlambat masuk kelas. Kedua, kuliah course ini lagi boring banget, tentang Theory and Methods of Development Studies. Gue udah predict course ini akan berat karena mata kulaihnya boring dan juga berjalan pas winter. Ternyata bener, dan course ini terasa sangat susah karena kita dapet tugas untuk ngerjain tugas research berkelompok. Sialnya, tiap kerja kelompok, kelompok gue selalu susah buat sepakat dalam banyak hal. Mau bikin rencana penelitian, pake diskusi panjang dan useless. Mau menganalisa data juga sama aja, selalu ribut. Walhasil, kerja kelompok jadi nyebelin dan mood gue juga jadi down. Walaupun gue udah berusaha move on dengan tugas kelompok dan baca2 literatur, tapi tetep aja, rasanya kesel... Pas gue share sama temen2 di kelas, ternyata mereka juga punya masalah yang sama dengan kelompok masing2. Selalu gak bisa sepakat ketika menganalisa sesuatu. Kita malah juga mengkritik course sekarang gak di-design dengan baik, sampe semua orang jadi merasa disorientasi ketika ngerjain tugas. Wah, pokoknya everything seems sooo wrong.. Belum lagi homesick yang emang jadi masalah permanen (gue). Ketika gue terima SMS dari salah satu temen kantor, gue tersadar, kayaknya gue juga mengalami apa yg dirasain orang Swedia ketika winter. Depresi. Begini isi SMS-nya "... I hope you are ok up there and that the winter is not too depressing". Ah, thanks for reminding! It's the winter that makes everything look depressing..

Ah, semoga aja winter segera berlalu. At least course ini segera selesai dan gue bisa lari dari tugas2 yang menyebalkan. Kadang kalo lagi bengong gue suka berpikir, sebenarnya ada untungnya juga kita di Sweden punya winter. At least ada yang bisa disalahin kalo bad mood. It's the winter. The weather. Yeah, blame it on the weather for everything that's depressing.

Finally, I got a good way of accepting winter now. Hurray!

Monday, December 11

Home Again



Dark is the sky
Cold is the wind
Gloomy is the cloud
And mourning is all I have...

This winter has successfully pulled my mood down
(Lund, 061210)

***
Home Again
(Carole King)

Sometimes I wonder if I'm
Ever gonna make it
home again
It's so far and out of sight

I really need someone to talk to
And nobody else
Knows how to comfort me
tonight

Snow is cold; Rain is wet
Chills my soul right to the marrow

I won't be
happy 'til I see you
Alone again
'Til I'm home again
and feelin' right.

Snow is
cold; Rain is wet.
Chills my soul right to the marrow.

I won't be happy
'til I see you
alone again
'Til I'm home again
and feelin' right.
'Til I'm home again
and feelin' right.

I wanna be home again and feelin' right.

Wednesday, December 6

Where you Lead, I will Follow

Gue lagi jatuh cinta sama lagunya Carole King "Where You Lead, I will Follow". Lirik lagunya kurang lebih tentang keikhlasan seseorang untuk mengikuti arah yang ditunjukkan oleh sang pemimpin. Lagu ini lumayanngetop sebagai soundtrack serial TV Gilmore Girls (dulu sempet diputer di RCTI atau SCTV ya?) di mana dua tokoh utamanya adalah seorang ibu dan anaknya. Lagu ini berkesan jadi sebuah kerelaan sang anak untuk mengikuti langkah sang ibu sebagai pemimpin. Carole King di satu konsernya juga sempet bilang bahwa untuk promo lagu ini (dan film Gilmore Girls) manajemennya membuat "mother-and-daughter t-shirt" satu set t-shirt bertuliskan "Where You Lead" dan lainnya bertuliskan "I Will Follow". King bilang, masalahnya adalah kita harus hati2 siapa dapat kaos yang mana.. :)

["... on the occassion we created these "mother-and-daughter t-shirts. The thing is you have to work out in your family who gets which..." King, http://www.caroleking.com/index.php?p=ckcafe&media_file_id=116]
***

Kadang kita suka lupa kalau sebenarnya dalam diri manusia ada kecenderungan untuk menjadi pemimpin, dan ada juga kecenderungan untuk menjadi orang yang dipimpin/dituntun. Ada kelompok orang yang punya leadership dan berhasil memimpin dalam tim, dalam keluarga, atau dalam relationship. Sebaliknya, ada juga kelompok orang yang memiliki kecenderungan untuk dituntun dalam hidupnya. Masalahnya adalah kadang kita tidak menyadari kita itu siapa: apakah kita ini seorang team leader atau seorang supporter? Supporter yang dimaksud di sini bukanlah seorang agen yang pasif dan hanya mendengar kata sang leader. Bukan sama sekali. Supporter yang gue maksud di sini memiliki posisi setara dan berkontribusi sama pentingnya dengan leader, cuma role-nya aja yang berbeda. Supporter di sini merupakan elemen signifikan di dalam tim yang bisa mengangkat performa tim sekaligus sang leader. Sebab kalau supporter adalah agen yang pasif, maka begitu sang leader hilang, tim yang dibangun lama kelamaan akan musnah..

Gue merasa termasuk team supporter dalam banyak hal. Di kantor, jelas banget lah gue seorang supporter di tim gue. Gue juga merasa dalam banyak hal masih perlu dibimbing. Dalam belajar ya udah pastilah, I am a student gitu loh (despite whether I am a smart student or not). Dalam hal relationship? Kayaknya juga begitu deh. Gue memiliki kecenderungan untuk menjadi supporter buat pasangan daripada menjadi leader dalam relationship.

Ah, sorry, forget about me. Gue lebih concern tentang pemahaman leader dan supporter dalam tim. Seringkali terjadi konflik kalau sang pemimpin nggak kompeten dan sang anak buah lebih kompeten. Yang lebih berbahaya adalah kalau sang anak buah 'merasa' lebih kompeten dari pemimpinnnya, padahal nggak juga. Apalagi kalau misalnya terjadi masalah, dialog yang dilakukan seringkali bukan bertujuan untuk mencari solusi tapi malah untuk menunjukkan diri sendiri adalah benar. Seringkali dialog antara anggota kelompok jadi sangat defensif dan berujung pada konflik. Masalah seperti ini biasa banget dihadapi di kantor, di kelompok masyarakat, kelompok diskusi, di rumah atau pada sepasang kekasih sekalipun.

Seorang temen dari Ghana pernah bilang kalau kita sangat kaku dan defensif, orang lain akan dengan mudah mematahkan kita. Tapi kalau kita fleksibel dan akomodatif, kita akan sulit dipatahkan. Analoginya sama seperti kayu dan tongkat plastik. Kayu lebih mudah dipatahkan karena kaku dan keras, sementara tongkat plastik lebih sulit karena ujung-jungnya mengikuti kemana arah tangan kita bergerak.

Somehow, konflik pasti muncul dalam setiap hidup manusia, tapi kemampuan untuk menjadi fleksibel dan akomodatif adalah hal penting untuk menyelesaikan masalah dan menyelamatkan tim, kelompok, keluarga atau hubungan dari kehancuran. Dan kesadaran akan role kita sebagai leader atau supporter dalam kelompok adalah hal yang obvious. Seperti kata Carole King tentang kaos "Where You Lead" dan "I Will Follow"-nya: ".. the thing is you have to work out in your family who gets which..."

***
Where You Lead, I Will Follow
(Carole King and Louise Goffin)

Knowing you the way I do
I only wanna be with you
And I will go
to the ends of the earth,
'cause darling, to me that's what you're worth

Chorus
Where You Lead
I will follow
Anywhere that you tell me to
If you need-If you need me to be with you
I will follow
Where you lead

If you're out on the road
Feelin' lonely and so cold
All you have to do is call my name
And I'll be there
On the next train

Chorus

I always wanted a real home
With flowers on the windowsill
But if you wanna live in New York City
Honey you know I will

I never thought I could get satisafaction
From just one man
But if anyone can keep me happy
You're the one who can

Chorus (2x)

Oh baby, ohh, I'm gonna follow where you lead
I'm gonna follow where you lead
I'm gonna follow where you lead
I'm gonna follow where you lead
I'm gonna follow where you lead