Thursday, September 23

Commit to Not Committed

Minggu lalu ke bandung, akhirnya... setelah udah lama banget ditunda2. Asli, ke bandung to do nothing, untuk melepaskan jerat yang disebabkan oleh 'komitmen'. Komitmen kerja, komitmen sama keluarga, komitmen sama diri sendiri, to keep on moving on. Hm, ngapain ya kita bikin komitmen?

Ternyata lepas dari komitmen itu enak juga. Bebas, dan semua jadi gampang rasanya. Gak inget jam kerja kantor, gak harus dibebani bangun pagi, gak mesti balik lagi setelah makan siang. Mahalnya kebebasan, sampe harus melarikan diri ke luar kota untuk bisa benar2 merasakannya. Gosh, kenapa kurang terus rasanya yah?

Tapi kelamaan tanpa komitmen juga gak enak kali yah. Buktinya, even di tengah2 cuti, gue masih mimpiin kantor dengan segala hal yang gue benci. Hahaha, apa ini artinya gue rindu komitmen? Hihihi, sudah begitu terbiasa dengan tekanankah gue, sampe ketika bebas pun gue masih mencari2? Well, gak tau. My silly mind commented : "Mungkin karena manusia is bound to each other or at least to other thing, jadi dia selalu merindukan komitmen terhadap sesuatu, panggilan untuk patuh, sesuatu yang sanggup bikin hidupnya jadi lebih terpola dan berwarna, lebih berbentuk". Pikiran gue mulai mengangkang dan berpikir mungkin kalo orang meninggal bisa menggambarkan bentuk hidupnya dia bisa bilang hidupnya kayak ketupat warna merah, or kapal laut kali ya?. Apa sihhh?.