Wednesday, September 24

Kembali ke Jakarta, Kembali ke Kantor

Kembali ke Jakarta. Sudah 3 bulan saya kembali ke Jakarta, dan kurang lebih dua bulan balik ke kantor lagi. Masih kantor yang sama. Rasanya masih malas, tapi ada baiknya juga beraktivitas daripada nggak produktif di rumah.

Posting terakhir saya ternyata di bulan Mei 2008. Setelah hari itu banyak hal yang terjadi, mulai dari proses penyelesaian skripsi, sidang, wisuda (berikut kedatangan ibu saya ke Lund, yang ternyata sangat membahagiakan buat dia. Glad you liked it, Mom!), balik ke Jakarta, balik ke kantor, sampai sakit typhus akibat jajan sembarangan.

Banyak kejadian yang membuat saya kaget, karena semua itu terjadi dalam hitungan bulan saja. Misalnya di bulan Februari lalu saya masih struggle untuk menemukan fokus tesis saya, sekarang di bulan September saya sudah dua bulan kembali bekerja. Sungguh sekejap saja rasanya waktu sekolah saya kemarin dan kadang saya merasa tidak ada perbedaan antara sekarang dan dua tahun lalu.

Kembali ke kantor lagi cukup challenging buat saya, sama tantangannya seperti saat saya harus beradaptasi dengan dunia sekolah setelah bertahun-tahun kerja. Apalagi dengan adanya perubahan manajemen di kantor, berikut office politics-nya, saya harus beradaptasi lagi dengan dinamika kantor.

Belakangan saya terganggu dengan hubungan "saya-dia" di kantor, atau "kita-mereka". Saya pikir bentuk hubungan seperti ini harusnya sudah lama ditinggalkan, apalagi untuk pekerja agen pembangunan internasional yang menjunjung tinggi kesetaraan. Apakah establishment hubungan "saya-dia" itu penting untuk performance kerja kita? apakah pembedaan kelas penting untuk dianut oleh para staf senior yang intelek, ketika banyak orang terlanjur percaya kalau mereka sudah terbuka wawasannya dan kaya asam garam?

Lebih penting lagi, bukankah pembedaan antara "we-they" yang notabene adalah hubungan antara "donor-recipient country" harusnya ditebas dan bukan dipraktekkan oleh para "development workers" itu sendiri?

Mari kita berkontemplasi...

Thursday, May 15

Fear

Rasanya rindu. Rindu pada kebebasan. Pada hari-hari tanpa beban, tanpa pikiran. Rindu menjalani hidup apa adanya tanpa kecurigaan dan ketakutan.

Fear. Is it just our imagination? Or is it there to give us sign? How can we be so blind to see what it actually is?

Freedom from fear... How do we get there?

Tuesday, April 22

Are you using up all your energy to make other people happy?

Ini dia daily horoskop saya hari ini:

"Are you using up all of your energy trying to make other people happy? Not only is this a bad idea, it's an attitude that will only leave you unhappy -- which is unacceptable. Today, reserve your energy for your own issues, and don't worry that someone will think you're selfish. There is nothing wrong with putting yourself first once in a while. Your life is your journey, and if you're never taking care to make it enjoyable, then you are doing it wrong"
(http://www.friendster.com/horoscope.php?hid=Cancer)

Rrggh.. agak bingung juga apa semua yang saya lakukan belakangan ini adalah untuk orang lain atau untuk diri sendiri???

Anyway, kali ini saya nggak mau sibuk dengan kehidupan pribadi, tapi mau sedikit explore tentang 'using up all of your energy to make others happy' berkaitan dengan tesis saya.

Belakangan ini saya merasa menjalani hari-hari yang sangat berat karena tesis. Hampir dua bulan saya struggle dengan teori-teori sosial dan bagaimana menghubungkannya dengan topik penelitian saya. Saya memang lamban dan agak-agak gak nyambung dalam memahami teori-teori itu. Untung saja ada sang supervisor yang selalu mengarahkan saya.

Hari ini saya baru selesai bimbingan. Bimbingan di jurusan saya agak unik karena dilakukan secara berkelompok dan kita dipasangkan dengan satu orang lain untuk saling me-review. Sang supervisor akan roaming ke tiap pasangan, dan di akhir session akan ada pembahasan tentang general issue yang sedang kita hadapi. Jika masih butuh diskusi detil, kita bisa minta individual session dengan sang supervisor.

Jadi, tadi saya minta waktu untuk bicara secara individual. Saya minta pendapat supervisor saya tentang rencana analisa yang akan saya buat, dan apakah saya cukup masuk akal dalam meng-apply teori yang saya acu. Memang ada progress dalam tulisan saya, tapi dia kerap kali berkata 'jangan menggunakan teori yang tidak sesuai dengan kasusmu haya karena orang lain menganjurkannya demikian'. Aduh, saya tahu, pasti saya salah mengartikan teori yang saya baca, atau saya belum begitu menguasainya. Saya sedih. Saya agak down mendengarnya karena saya menunda mengerjakan banyak hal demi mempelajari teori-teori itu dan ternyata it did not work nicely. Intinya, seperti kata James Ingram: "I did my best.. but I guess my best wasn't good enough..." S.A.P.I (my way of cursing, red.)

Anyway, mungkin ini nggak ada hubungannya dengan horoskop saya hari ini. Besides, only silly people would relate their life to daily horoscope constantly. Tapi kalimat pertama 'are you using up too much energy to make other people happy...' agak menggelitik. Yes, I used too much energy for something lately, but definitely it was not to make other people happy. Saya hanya mencoba memahami apa yang sang supervisor bilang dan ternyata.. saya salah. I guess was just too stupid by dipping myself into theory too far that I could let myself drawning.

Anyway... time to take a break and refine my work style, I guess. Seperti yang banyak orang bilang: "Dont work hard. Work smart".

Ibu supervisor... I will let you know that I understand what I'm writing. Let's see.

Monday, April 21

Juki dan Harvest

Tadi malam saya buka friendster. Sudah lama sekali tidak berkunjung ke sana setelah gempuran facebook dan juga pastinya.. tesis. Saya lelah belajar dan hanya ingin membayangkan berada di rumah, di Jakarta. Jadilah saya buka friendster account saya.

Ternyata ada teman SMP yang meminta jadi teman saya. Teman sebangku waktu SMP. Dari sana saya melihat banyak teman-teman SMP yang lain. Salah satunya adalah teman saya, Juki. Cowok lemah lembut yang sering saya 'kerjain' karena baik hati, nrimo dan pendiam. Rambutnya selalu rapi dan klimis. Duduknya juga di deretan paling depan. Dulu kami sama-sama ikut extrakurikuler PMR. Rumahnya juga tidak berapa jauh dari rumah saya. Sama-sama di kampung. Kami malah ikutan mobil jemputan yang sama. Haha. Waktu tamat SMP Juki lanjut ke SMEA. Aneh juga bagi kami kenapa dia, laki-laki, pilih SMEA (maklum, dulu pikiran saya dan teman-teman masih sangat naif). Ternyata dia suka pelajaran "Jasa" alias 'Tata Buku'. Oalah.

Dari halaman friendster-nya saya tahu dia sudah menikah dan punya anak satu. Sepertinya dia kerja sebagai marketing atau semacam itulah. Saya senang dan bangga padanya. Dia begitu bahagia dengan karir dan keluarganya. Bahkan ada beberapa album foto yang dia pasang: satu album foto khusus untuk anaknya, satu album untuk istrinya, dan dua album ketika keluarga mereka jalan-jalan. Satu ke Bali dan satu lagi ke Kebun Binatang Ragunan.

Ada yang menyentuh hati saya ketika melihat album foto isterinya. Saya melihat satu foto bergambar dia dan isterinya dengan latar belakang puisi cinta. Mirip seperti kartu ucapan Harvest, yang jaman dulu sering jadi andalan anak muda untuk kirim-kirim kartu, entah itu valentine, lebaran, natal, ulang tahun, atau sekedar bilang "aku rindu" atau "I Love You". Haha, buat yang pernah akrab dengan kartu Harvest, pasti tahu maksud saya. Kartu itu agak norak memang untuk sebagian orang, tapi buat sebagian orang lainnya, itu benar-benar 'in'.

Saya pun awalnya tertawa melihat foto itu. Tapi menit kemudian saya terdiam. Saya jadi kagum dengan Juki yang bangga dengan gaya 'Harvest'nya dalam mengungkapkan cinta pada istrinya. Mengingat how such a 'sweet boy' he was, saya bisa merasakan begitulah cara dia mengungkapkan perasaannya. Pilihan yang untuk sebagian orang agak norak mungkin, tapi jujur. Foto itu berbicara tentang kesederhanaannya, kejujurannya akan menjadi sederhana, dan keberaniannya untuk dianggap norak bagi sebagian orang.

Kemudian ada lagi satu album foto keluarganya ketika jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan. Saya sungguh tersentuh. Ketika saya memasang foto perjalanan ke beberapa kota di Eropa, teman-teman lain juga melakukan perjalanan yang mungkin jarang dilakukan orang lain, dia dengan bangganya memasang foto anak dan istrinya di depan patung gorila di Kebun Binatang Ragunan. Buat sebagian orang tentu saja kebun binatang tidak 'hip', apalagi Ragunan. Tapi untuk Juki dan keluarga, trip itu mungkin sangat berarti. Sama seperti banyak orang yang menghabiskan hari libur dengan tamasya di Ancol, Monas, atau Taman Mini. Tamasya lokal sungguh mengasyikkan dan rasanya mimpi untuk travel ke luar kota apalagi ke luar negeri, tidak pernah terpikir.

***

Bahagianya menjadi orang sederhana. Lebih bahagia lagi orang yang berani jujur dengan kesederhanaannya. Bagi saya, kesederhanaan adalah 'state of being', bukanlah 'end'. Sederhana bukanlah tujuan seperti orang-orang kaya yang mencari nilai hidupnya dengan bermeditasi atau berlibur di desa demi bisa merasakan gaya hidup sederhana. Sederhana bukan juga suatu ketertinggalan seperti yang development workers pikirkan, harus di-empower dan dibebaskan.

Sederhana adalah pengejawantahan dari kejujuran hati. It speaks by itself, seperti foto-foto si Juki.

[Kalau baca ini, kapan kita ketemuan, Juk?]

Sunday, April 13

Tanah Airku

A sweet reminder dari Greta yang muncul di Wallpaper Facebook saya. Right after I turned the computer on, few seconds after getting back to Lund. Makasih Gret.... jadi malu.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Greta Sitompul (no network) wrote
at 6:31am on April 7th, 2008

Git, gw mo ngasih lagu nih...kaya'nya cocok buat elo, cocok kalo kita nyanyiin pas lagi jalan jalan ke puncak gunung..., liat yang hijau hijau dan sejuk sejuk... :)) damai, tentrem rasanya... wekekek...

"Tanah Airku "

Karangan / Ciptaan : Ibu Sud

Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan