Monday, April 21

Juki dan Harvest

Tadi malam saya buka friendster. Sudah lama sekali tidak berkunjung ke sana setelah gempuran facebook dan juga pastinya.. tesis. Saya lelah belajar dan hanya ingin membayangkan berada di rumah, di Jakarta. Jadilah saya buka friendster account saya.

Ternyata ada teman SMP yang meminta jadi teman saya. Teman sebangku waktu SMP. Dari sana saya melihat banyak teman-teman SMP yang lain. Salah satunya adalah teman saya, Juki. Cowok lemah lembut yang sering saya 'kerjain' karena baik hati, nrimo dan pendiam. Rambutnya selalu rapi dan klimis. Duduknya juga di deretan paling depan. Dulu kami sama-sama ikut extrakurikuler PMR. Rumahnya juga tidak berapa jauh dari rumah saya. Sama-sama di kampung. Kami malah ikutan mobil jemputan yang sama. Haha. Waktu tamat SMP Juki lanjut ke SMEA. Aneh juga bagi kami kenapa dia, laki-laki, pilih SMEA (maklum, dulu pikiran saya dan teman-teman masih sangat naif). Ternyata dia suka pelajaran "Jasa" alias 'Tata Buku'. Oalah.

Dari halaman friendster-nya saya tahu dia sudah menikah dan punya anak satu. Sepertinya dia kerja sebagai marketing atau semacam itulah. Saya senang dan bangga padanya. Dia begitu bahagia dengan karir dan keluarganya. Bahkan ada beberapa album foto yang dia pasang: satu album foto khusus untuk anaknya, satu album untuk istrinya, dan dua album ketika keluarga mereka jalan-jalan. Satu ke Bali dan satu lagi ke Kebun Binatang Ragunan.

Ada yang menyentuh hati saya ketika melihat album foto isterinya. Saya melihat satu foto bergambar dia dan isterinya dengan latar belakang puisi cinta. Mirip seperti kartu ucapan Harvest, yang jaman dulu sering jadi andalan anak muda untuk kirim-kirim kartu, entah itu valentine, lebaran, natal, ulang tahun, atau sekedar bilang "aku rindu" atau "I Love You". Haha, buat yang pernah akrab dengan kartu Harvest, pasti tahu maksud saya. Kartu itu agak norak memang untuk sebagian orang, tapi buat sebagian orang lainnya, itu benar-benar 'in'.

Saya pun awalnya tertawa melihat foto itu. Tapi menit kemudian saya terdiam. Saya jadi kagum dengan Juki yang bangga dengan gaya 'Harvest'nya dalam mengungkapkan cinta pada istrinya. Mengingat how such a 'sweet boy' he was, saya bisa merasakan begitulah cara dia mengungkapkan perasaannya. Pilihan yang untuk sebagian orang agak norak mungkin, tapi jujur. Foto itu berbicara tentang kesederhanaannya, kejujurannya akan menjadi sederhana, dan keberaniannya untuk dianggap norak bagi sebagian orang.

Kemudian ada lagi satu album foto keluarganya ketika jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan. Saya sungguh tersentuh. Ketika saya memasang foto perjalanan ke beberapa kota di Eropa, teman-teman lain juga melakukan perjalanan yang mungkin jarang dilakukan orang lain, dia dengan bangganya memasang foto anak dan istrinya di depan patung gorila di Kebun Binatang Ragunan. Buat sebagian orang tentu saja kebun binatang tidak 'hip', apalagi Ragunan. Tapi untuk Juki dan keluarga, trip itu mungkin sangat berarti. Sama seperti banyak orang yang menghabiskan hari libur dengan tamasya di Ancol, Monas, atau Taman Mini. Tamasya lokal sungguh mengasyikkan dan rasanya mimpi untuk travel ke luar kota apalagi ke luar negeri, tidak pernah terpikir.

***

Bahagianya menjadi orang sederhana. Lebih bahagia lagi orang yang berani jujur dengan kesederhanaannya. Bagi saya, kesederhanaan adalah 'state of being', bukanlah 'end'. Sederhana bukanlah tujuan seperti orang-orang kaya yang mencari nilai hidupnya dengan bermeditasi atau berlibur di desa demi bisa merasakan gaya hidup sederhana. Sederhana bukan juga suatu ketertinggalan seperti yang development workers pikirkan, harus di-empower dan dibebaskan.

Sederhana adalah pengejawantahan dari kejujuran hati. It speaks by itself, seperti foto-foto si Juki.

[Kalau baca ini, kapan kita ketemuan, Juk?]