Tuesday, April 22

Are you using up all your energy to make other people happy?

Ini dia daily horoskop saya hari ini:

"Are you using up all of your energy trying to make other people happy? Not only is this a bad idea, it's an attitude that will only leave you unhappy -- which is unacceptable. Today, reserve your energy for your own issues, and don't worry that someone will think you're selfish. There is nothing wrong with putting yourself first once in a while. Your life is your journey, and if you're never taking care to make it enjoyable, then you are doing it wrong"
(http://www.friendster.com/horoscope.php?hid=Cancer)

Rrggh.. agak bingung juga apa semua yang saya lakukan belakangan ini adalah untuk orang lain atau untuk diri sendiri???

Anyway, kali ini saya nggak mau sibuk dengan kehidupan pribadi, tapi mau sedikit explore tentang 'using up all of your energy to make others happy' berkaitan dengan tesis saya.

Belakangan ini saya merasa menjalani hari-hari yang sangat berat karena tesis. Hampir dua bulan saya struggle dengan teori-teori sosial dan bagaimana menghubungkannya dengan topik penelitian saya. Saya memang lamban dan agak-agak gak nyambung dalam memahami teori-teori itu. Untung saja ada sang supervisor yang selalu mengarahkan saya.

Hari ini saya baru selesai bimbingan. Bimbingan di jurusan saya agak unik karena dilakukan secara berkelompok dan kita dipasangkan dengan satu orang lain untuk saling me-review. Sang supervisor akan roaming ke tiap pasangan, dan di akhir session akan ada pembahasan tentang general issue yang sedang kita hadapi. Jika masih butuh diskusi detil, kita bisa minta individual session dengan sang supervisor.

Jadi, tadi saya minta waktu untuk bicara secara individual. Saya minta pendapat supervisor saya tentang rencana analisa yang akan saya buat, dan apakah saya cukup masuk akal dalam meng-apply teori yang saya acu. Memang ada progress dalam tulisan saya, tapi dia kerap kali berkata 'jangan menggunakan teori yang tidak sesuai dengan kasusmu haya karena orang lain menganjurkannya demikian'. Aduh, saya tahu, pasti saya salah mengartikan teori yang saya baca, atau saya belum begitu menguasainya. Saya sedih. Saya agak down mendengarnya karena saya menunda mengerjakan banyak hal demi mempelajari teori-teori itu dan ternyata it did not work nicely. Intinya, seperti kata James Ingram: "I did my best.. but I guess my best wasn't good enough..." S.A.P.I (my way of cursing, red.)

Anyway, mungkin ini nggak ada hubungannya dengan horoskop saya hari ini. Besides, only silly people would relate their life to daily horoscope constantly. Tapi kalimat pertama 'are you using up too much energy to make other people happy...' agak menggelitik. Yes, I used too much energy for something lately, but definitely it was not to make other people happy. Saya hanya mencoba memahami apa yang sang supervisor bilang dan ternyata.. saya salah. I guess was just too stupid by dipping myself into theory too far that I could let myself drawning.

Anyway... time to take a break and refine my work style, I guess. Seperti yang banyak orang bilang: "Dont work hard. Work smart".

Ibu supervisor... I will let you know that I understand what I'm writing. Let's see.

Monday, April 21

Juki dan Harvest

Tadi malam saya buka friendster. Sudah lama sekali tidak berkunjung ke sana setelah gempuran facebook dan juga pastinya.. tesis. Saya lelah belajar dan hanya ingin membayangkan berada di rumah, di Jakarta. Jadilah saya buka friendster account saya.

Ternyata ada teman SMP yang meminta jadi teman saya. Teman sebangku waktu SMP. Dari sana saya melihat banyak teman-teman SMP yang lain. Salah satunya adalah teman saya, Juki. Cowok lemah lembut yang sering saya 'kerjain' karena baik hati, nrimo dan pendiam. Rambutnya selalu rapi dan klimis. Duduknya juga di deretan paling depan. Dulu kami sama-sama ikut extrakurikuler PMR. Rumahnya juga tidak berapa jauh dari rumah saya. Sama-sama di kampung. Kami malah ikutan mobil jemputan yang sama. Haha. Waktu tamat SMP Juki lanjut ke SMEA. Aneh juga bagi kami kenapa dia, laki-laki, pilih SMEA (maklum, dulu pikiran saya dan teman-teman masih sangat naif). Ternyata dia suka pelajaran "Jasa" alias 'Tata Buku'. Oalah.

Dari halaman friendster-nya saya tahu dia sudah menikah dan punya anak satu. Sepertinya dia kerja sebagai marketing atau semacam itulah. Saya senang dan bangga padanya. Dia begitu bahagia dengan karir dan keluarganya. Bahkan ada beberapa album foto yang dia pasang: satu album foto khusus untuk anaknya, satu album untuk istrinya, dan dua album ketika keluarga mereka jalan-jalan. Satu ke Bali dan satu lagi ke Kebun Binatang Ragunan.

Ada yang menyentuh hati saya ketika melihat album foto isterinya. Saya melihat satu foto bergambar dia dan isterinya dengan latar belakang puisi cinta. Mirip seperti kartu ucapan Harvest, yang jaman dulu sering jadi andalan anak muda untuk kirim-kirim kartu, entah itu valentine, lebaran, natal, ulang tahun, atau sekedar bilang "aku rindu" atau "I Love You". Haha, buat yang pernah akrab dengan kartu Harvest, pasti tahu maksud saya. Kartu itu agak norak memang untuk sebagian orang, tapi buat sebagian orang lainnya, itu benar-benar 'in'.

Saya pun awalnya tertawa melihat foto itu. Tapi menit kemudian saya terdiam. Saya jadi kagum dengan Juki yang bangga dengan gaya 'Harvest'nya dalam mengungkapkan cinta pada istrinya. Mengingat how such a 'sweet boy' he was, saya bisa merasakan begitulah cara dia mengungkapkan perasaannya. Pilihan yang untuk sebagian orang agak norak mungkin, tapi jujur. Foto itu berbicara tentang kesederhanaannya, kejujurannya akan menjadi sederhana, dan keberaniannya untuk dianggap norak bagi sebagian orang.

Kemudian ada lagi satu album foto keluarganya ketika jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan. Saya sungguh tersentuh. Ketika saya memasang foto perjalanan ke beberapa kota di Eropa, teman-teman lain juga melakukan perjalanan yang mungkin jarang dilakukan orang lain, dia dengan bangganya memasang foto anak dan istrinya di depan patung gorila di Kebun Binatang Ragunan. Buat sebagian orang tentu saja kebun binatang tidak 'hip', apalagi Ragunan. Tapi untuk Juki dan keluarga, trip itu mungkin sangat berarti. Sama seperti banyak orang yang menghabiskan hari libur dengan tamasya di Ancol, Monas, atau Taman Mini. Tamasya lokal sungguh mengasyikkan dan rasanya mimpi untuk travel ke luar kota apalagi ke luar negeri, tidak pernah terpikir.

***

Bahagianya menjadi orang sederhana. Lebih bahagia lagi orang yang berani jujur dengan kesederhanaannya. Bagi saya, kesederhanaan adalah 'state of being', bukanlah 'end'. Sederhana bukanlah tujuan seperti orang-orang kaya yang mencari nilai hidupnya dengan bermeditasi atau berlibur di desa demi bisa merasakan gaya hidup sederhana. Sederhana bukan juga suatu ketertinggalan seperti yang development workers pikirkan, harus di-empower dan dibebaskan.

Sederhana adalah pengejawantahan dari kejujuran hati. It speaks by itself, seperti foto-foto si Juki.

[Kalau baca ini, kapan kita ketemuan, Juk?]

Sunday, April 13

Tanah Airku

A sweet reminder dari Greta yang muncul di Wallpaper Facebook saya. Right after I turned the computer on, few seconds after getting back to Lund. Makasih Gret.... jadi malu.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Greta Sitompul (no network) wrote
at 6:31am on April 7th, 2008

Git, gw mo ngasih lagu nih...kaya'nya cocok buat elo, cocok kalo kita nyanyiin pas lagi jalan jalan ke puncak gunung..., liat yang hijau hijau dan sejuk sejuk... :)) damai, tentrem rasanya... wekekek...

"Tanah Airku "

Karangan / Ciptaan : Ibu Sud

Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan

Oleh-oleh dari Berlin, Prague dan Vienna





Minggu lalu satu minggu penuh saya melarikan diri untuk travel ke beberapa tempat. Sebenarnya travel itu agak tidak pada tempatnya karena saya sedang sibuk dikejar deadline. Tapi ya sudahlah daripada stress dan tidak produktif, lebih baik jalan-jalan. Memang kepikiran tesis selama perjalanan, tapi yang penting gak ada di rumah.

Perjalanan pertama ke Berlin, saya travel selama weekend di akhir maret. Sendirian dan naik bis. Last minute decision karena teman-teman saya rata-rata sudah pernah ke Berlin tahun lalu. Keputusan gila tapi menyenangkan karena bisa mewujudkan itu. Travel sendirian. Menyenangkan walaupun sepi. Tapi saya memang butuh waktu untuk sendirian kala itu. Banyak pikiran mengganggu selain tesis yang saya takut kalau saya travel dengan orang lain akan jadi annoying. Berlin was nice. Menarik dan punya karakter Eropa Timur (saya memang tertarik dengan kultur Eropa Timur setahun ini) walaupun tetap banyak pengaruh baratnya. Tapi tetap, perpaduan Timur dan Barat itu yang membuat Berlin menjadi unik. Banyak graffiti yang berbau perpaduan Jerman Barat dan Timur, dan ada juga berbagai gereja dan museum yang menjadi khas peradaban barat. Ada satu kata yang mematok pandangan saya pertama kali bis saya memasukin Berlin. Wedding. Ah, ternyata satu daerah di Berlin namanya Wedding. Haha, saya pikir itu teguran buat saya. Hihihi.

Dari Berlin saya sempat balik ke Lund satu hari untuk bimbingan. Esoknya saya beragkat ke Prague lanjut ke Vienna. Kali ini tidak sendirian. Saya dan satu orang teman, Stef, sudah pesan tiket sejak lama untuk perjalanan ini. Tadinya saya sempat ragu karena setelah bimbingan kemarin saya sadar banyak hal yang harus saya lakukan untuk tesis. Bacaan yang menggunung, dan pastinya, proses berpikir setelah membaca, pastinya butuh waktu lama. Selain juga badan saya sangat lelah setelah trip last minute ke Berlin. Tapi ya sudahlah, daripada tiket hangus (kami nggak bisa merubah tanggal karena itu tket murah.. Haha), jadilah kami berangkat. Seperti sebelumnya, tesis tetap kepikiran. Kami bawa buku-buku untuk dibaca yang pada akhirnya memang tidak dibaca :)

Prague was nice too. Lagi-lagi, Eropa Timur memang menarik buat saya. Banyak bangunan seperti jembatan, kastil, museum dan gereja yang bersejarah. daerah Old Town dan Kampa Island sangat berkesan buat saya. Old Town sangat berkarakter (tua) dan banyak gereja dan astrological clock yang terkenal itu. Kampa Island berkesan buat saya karena sangat peaceful. Banyak foto2 cantik yang saya ambil, terutama foto Charles Bridge di atas, di mana saya berhasil menangkap pelangi di sana. Cantik.. Prague ternyata tidak terlalu murah seperti Eropa Timur lain (Budapest, misalnya) tapi orang-orang Prague lumayan ramah dan humble. O ya, mereka juga disiplin dan taat peraturan (kami sempet kena denda karena nggak men-stamp karcis trem. Hihihi)

Terakhir kami ada di Vienna. This city was not so me. Kota in sangat cantik dan perfect. Sangat rapi, klasik, dan mahal. Semua bangunan tertata dan sangat posh. Sepertinya hidup sangat sempurna, seperti di fairy tale. Di Hofburg, Old Town-nya Vienna, banyak bangunan tua yang memang menjadi pusat pariwisata seperti Museum Sisi, Imperial Palace, National Museum, Ethnology Museum, Museum of Contemporary Art, Albertina, dan pastinya berbagai gereja. Banyak sekali kereta kuda yang disewakan untuk turis yang mau keliling, dan juga berbagai sales tiket opera yang memakai kostum seperti kaum noble. Saya notice semua bangunan di Vienna sangat 'grand'. Entah apa yang ingin ditampilkan Vienna, mungkin kesempurnaan atau kemewahan. Tanda kekayaan atau intelektualitaskah? Atau simbol kebangsawanan dan status? Lihat saja istana 'Schonbrun' yang notabene adalah tempat tinggal Ratu Maria Teresa di tahun 1700an. Indah tapi tidak ramah. Kaku dan dingin.

Untung saja di sana ada taman yang dibuat untuk anak-anak. Taman yang dibuat di abad 20an. Buat anak-anak yang tidak peduli pada semua simbol kemewahan karena mereka hanya ingin bermain. Ada taman labirin di sana. Saya dan Stef pun menelusuri taman itu dengan perasaan campur aduk. Takut tersesat tapi penasaran. Beberapa kali kami terpisah dan saling memanggil. Banyak jalan yang menyesatkan, banyak shortcut yang ternyata buntu. Satu cara yang bisa membawa kami pada pintu keluar hanyalah menelusuri lorong itu tanpa tergoda untuk mencoba shortcut. Voila!

Satu minggu yang singkat dan padat. Sempat membawa saya pada refleksi tentang kehidupan. Manakah yang akan saya pilih nanti? Humble life dan kehangatan seperti di Prague atau kebanggaan akan intelektualitas, status, materi yang gemerlap tapi dingin seperti Vienna? Critical moment yang hampir semua orang pernah temui mungkin. Apapun pilihan hidup yang akan saya (dan kita) buat, ada satu pelajaran yang ingin saya catat: Menjalani hidup itu seperti berjalan di labirin panjang. We will never know when and how to get there, but for sure we will be there. Shortcut bisa menjadi baik, tapi bisa juga buntu. Cara teraman adalah menjalani jalur yang terbentang di depan mata dengan sabar dan tidak panik.

Lund 13 April 2008