Saturday, March 10

Our Beloved Supermom


Kayaknya baru beberapa minggu yang lalu ada imel dari Allison ttg Australian Day Award buat Loan Team-nya Ausaid. She was very proud of our work. Dia bilang Loan Team dapet award karena udah berhasil develop proyek loannya Ausaid. She said she'll try to work out how to send that award to me. Haha. Maybe she was kidding. But that's her, always try to give personal touch to all her staffs.

Gak taunya ada imel dari temen kantor yang cerita ttg kecelakaan pesawat Garuda GA 200 di Jogja Rabu, 6 April. Could not believe she was on that plane.. We lost her.. Could not believe it has to be her. Our beloved Supermom. I was still hoping that she could jump off the plane and survived in one of those village houses. Oh well...

Sebelum gue berangkat ke Swedia, waktu gue bilang mau sekolah lagi, gue bilang bahwa 2 tahun lagi, ketika gue selesai kuliah, mungkin dia udah gak ada di Jakarta. Masa tugasnya di Indonesia udah selesai. Gue akan kehilangan bos yang sangat baik yang punya great leadership dan disukai semua orang. Dia cuma bilang: "You will have others. They are fun people".. Now that she has left, I know I'm not the only one who misses her. When I remember her words again, I feel like she's saying the same thing to all of us. She's trying to say goodbye and make sure we'll be fine without her.

It's not gonna be the same I guess. Walaupun gue gak ada di kantor, gue bisa ngerasain hilangnya 'nyawa' Ausaid Jakarta. AS sangat meng-inspire staf di kantor, dia selalu ramah sama semua orang. Spontan dan gak formal sama sekali. Dia juga suka ngasih surprise untuk staffnya, selalu punya ide2 konyol buat mewarnai hari2 kita di kantor. Selalu ada kompetisi tiap bulan: ugly tissue box, ugly t-shirt, ugly hat, Ausaid Idol (dont know if this had happened or not, though, but she asked for my help to arrange this before I went to Sweden), batik tiap hari jumat, dll. Gak ada lagi bule yang suka sholat di musholla, gak ada lagi bule yang suka pake kaos kutung kalo ketemu orang Bappenas.. Gak ada lagi bule yang suka bilang "I may be wrong.. I'm always wrong..." kalo diskusi waktu meeting. Oh well, we miss you Bu Allison.. You are the true Supermom. For your kids, and for us.

***

It may happen to all of us. It could happen in any ways. Any times. But all I know that good people 'leave' early. I think they learn fast about life, and now they are done with today's life. It's time for them to move on to the next level..

Take care, Bu Allison. May you are in peace now and meet all the good people there. We miss you.

Friday, March 9

Media Release

MEDIA RELEASE
AUSAID
Aus 07 01 8 March 2007

Australian Head of AusAID Indonesia Missing in Yogyakarta

Our colleague - one of Australia's most dedicated aid workers remains unaccounted for following the crash of Garuda Flight 220 yesterday.

She is Mrs Allison Sudradjat, AusAID's Minister Counsellor in Indonesia. Allison was travelling to Yogyakarta as part of an official Australian Government visit.

Allison is our most senior official in Indonesia and the head of the Indonesia program. Since joining AusAID in 1989 she has spent considerable time working overseas in Indonesia and Papua New Guinea. She went to Indonesia in 2004, three days after the tsunami. She is based at the Australian Embassy in Jakarta.

AusAID staff have been on the ground in Yogyakarta since early yesterday, working with local officials to locate Australians and assist survivors of the crash.

There have been strenuous efforts made to locate Allison, but to this point these efforts have been unsuccessful.

Our hopes and prayers are with Allison and her family at this very difficult time, and with all of the Australians and Indonesians affected.

For AusAID, helping and supporting Allison's family is our first priority. We have sent staff from Canberra to provide support to colleagues and family members in Indonesia.

Note to editors: Allison Sudradjat's surname is pronounced soohd-rah-jaht.


(Source: http://www.ausaid.gov.au/media/release.cfm?BC=Media&ID=8559_6801_4280_5561_2292)

Friday, March 2

Roads Infrastructure as the Vehicle for Economic Growth

Waktu masih di kantor dulu, gue belajar sedikit tentang economic growth, khususnya tentang infrastruktur. Infrastruktur adalah satu motor pembangunan ekonomi satu negara, dan tujuan akhirnya adalah pemberantasan kemiskinan. Karena alasan itulah kantor gue ngasih bantuan perbaikan untuk infrastruktur, sekolah dan jalan. Khususnya infrastruktur jalan, di situlah gue bergelut (walaupun sedikit)..

Kebetulan, di kampus gue ada mata kuliah rural-urban linkages, dan salah satu artikel yang gue baca adalah tentang pentingnya infrastruktur untuk hubungan desa dan kota (khususnya transportasi, terutama transportasi jalan). Di Tanzania, misalnya, petani kecil gak bisa menjual produknya karena infrastruktur jalan sangat buruk. Akhirnya, terpaksa produk mereka dijual ke para calo yang bisa memainkan harga seenaknya. Negara juga dirugikan karena gak bisa mendeteksi berapa produk yang dihasilkan, akhirnya pajak tidak terkumpul (Tacoli, 2006). Bahkan di daerah yang infrastruktur jalannya sudah baik, petani kecil belum tentu bisa memasarkan hasil ladangnya karena ongkos transportasi terlalu mahal. Akibatnya, cuma petani kaya yang bisa menembus pasar...

Kebetulan lagi, di hari yang sama ketika gue baru selesai baca artikel tadi, gue dapet imel dari Stella, yang baru aja pulang dari Motongkad -satu desa yang jaraknya 7 jam dari Manado- buat ngeliat langsung keadaan jalan di sana. Kebetulan2 lagi, kantornya Stella n kantor gue kerja sama buat meneliti keadaan awal jalan2 di Indonesia Timur yang nantinya akan diperbaiki mulai pertengahan 2007 nanti. Keadaan awal kondisi jalan ini akan jadi dasar untuk rencana monitoring dan evaluation nantinya (kalo rencananya gak berubah sih...). Nah, kembali ke imel dari Stella, di imel itu dia bilang:
"... bahkan berpetualang bareng2 ke suatu desa nun jauh di sana (7 jam dari Manado dan mengalami perjalanan yg penuh kocokan perut, tikungan dan tanjakan.... Btw, sepulang dari desa Motongkad itu badan dan kepala gue sakit banget Git...wilayah itu emang benar2 butuh perbaikan jalan. Gak kebayang kalo ada ibu2 yg mau melahirkan, bisa2 keburu brojol di jalan kali ya sebelum ketemu bidan atau dokter..."

Betapa kebetulan, ternyata apa yang dibilang di artikel tentang Tanzania juga terjadi di Indonesia, dan pasti di negara2 lain yang pemerintahnya nggak mampu membangun infrastruktur dengan layak. Kebetulan juga, Stella mengalami langsung di Motongkad. Dan kebetulan lagi, itu adalah proyek yang gue kerjain sebelum gue berangkat kemarin. Kebetulan sekali...

Beberapa menit setelah baca imel itu, bahkan sampe sekarang, gue masih berpikir.. jadi apa yang kita kerjain di kantor selama ini bener-bener terjadi?!. Jadi apa yang sering disebut2 di kantor bahwa "roads infrastructure is the vehicle for economic growth" was for real? Jadi kalo program perbaikan jalan di Indonesia Timur gak ada, mungkin perempuan2 hamil di Motongkad keburu brojol di mobil seperti yang Stella bilang? Atau petani mungkin lagi2 harus berhadapan dengan calo karena gak mampu membayar ongkos transportasi ke kota?

Gak pernah menyangka bahwa apa yang kantor gue kerjain bisa begitu dekat dengan teori yang gue baca. So I had been that close to prove the theory I was reading?.. Waduh, koq malah ngeri sendiri.. Kebayang mukanya Tim V, Pak Hugh, Andrew, Allison, Tim E, Jo, Pak Hatta, Pak Riel, dan lorong2 di kantor PU. Kebayang juga tender2 konsultan yang mau ngerjain perbaikan jalan itu, termasuk meeting2nya.. Hiiiii... serem... Walaupun susah, mudah2an aja proyek ini bisa mengantar ibu2 hamil di Motongkad untuk melahirkan dengan selamat di rumah sakit bersalin terdekat. Mudah2an petani2 di sana bisa membawa hasil pertaniannya ke pasar, naik angkot atau kalau kemahalan bisa naik sepeda atau at least narik gerobak di jalan itu..

Oh.. maybe I'm just being too romatic about all this? Yeah, maybe.

Think BIG

Udah lama gue kesulitan melakukan hal yang satu ini. Think Big. Think outside the box. Gimana ya caranya?
Suatu hari gue pernah curhat sama seorang temen tentang susahnya berpikir secara "broad", apalagi sejak balik ke sekolah, terasa banget gue koq sepertinya gak sanggup buat berpikir secara luas. Misalnya salah satu paper yg baru aja lewat, kita harus presentasi tentang "rural-urban linkages in wider development context". Rasanya udah limbung gimana menjelaskannya. Pasti gue mengkaitkan efek hubungan desa dan kota terhadap perempuan, petani kecil, atau poverty. Gak bisa lebih dari itu. Tapi begitu hari H presentasi, temen gue bisa menyarankan sebaiknya hubungan desa dan kota direformasi aja, karena dengan begitu eksploitasi kota terhadap desa bisa berkurang, dan masing2 "dipaksa" menggali potensinya sendiri dan tidak akan terjadi exploitasi. Ketika masing2 kota dan desa udah punya spesialisasi, baru dipikirkan langkah selanjutnya.

Walaupun gak ada jawaban yang salah atau benar untuk pertanyaan di atas, dan gue juga gak merasa inferior dengan jawaban gue, tapi begitu mendengar ide temen gue tentang "reformasi hubungan desa dan kota" (walaupun bukan dalam arti yg radikal)rasanya hebat sekali. Dia berani ngasih pendapat yang ujug-ujug, dan bukan semata2 elemen2 khusus dalam development seperti yang gue pikirkan. She got the big picture, sementara gue cuma mampu berpikir terkotak2. Kotak 1: Perempuan. Kotak 2: Petani kecil. Kotak 3: Poverty, dsb, tanpa bisa menarik garis besarnya apa. Aduhhh...

Tugas yang satu itu cuma satu contoh aja. Banyak tugas-tugas lain yang seringkali gue buat seperti itu analisanya. Selalu mencoba ngeliat di level yang lebih sederhana, lebih detil, more practical. Kalo nyoba menganalisa di level yang lebih besar, pasti jadinya superficial dan gak berhasil.

Sempet juga kepikiran, apa ini gara2 kelamaan kerja dan gak pernah ngeliat 'bigger picture'? Kalo kerja kan dituntut supaya detil, meeting deadline, fokus, dll. Maklum, staf rendahan. Akhirnya terbatas deh kebiasaan melihat sesuatu dari kepentingan kecil aja. Atau emang begitulah cara berpikir staf rendahan, makanya gak maju2? Huaaaaa

Anyway, kalo kata Ono, that's what I am here for (iya khan, No?). Supaya bisa berpikir lebih luas. Think Big. Outside the box. See the forest, not the tree (yang ini dari Moe, bos di Asean dulu).

Iya juga ya, justru di sinilah tempatnya menimba ilmu. Berguru. I came here because I need to do something with my rusty brain.

Hopefully my brain is not that rusty to remember the initial aim of being here.