Roads Infrastructure as the Vehicle for Economic Growth
Waktu masih di kantor dulu, gue belajar sedikit tentang economic growth, khususnya tentang infrastruktur. Infrastruktur adalah satu motor pembangunan ekonomi satu negara, dan tujuan akhirnya adalah pemberantasan kemiskinan. Karena alasan itulah kantor gue ngasih bantuan perbaikan untuk infrastruktur, sekolah dan jalan. Khususnya infrastruktur jalan, di situlah gue bergelut (walaupun sedikit)..
Kebetulan, di kampus gue ada mata kuliah rural-urban linkages, dan salah satu artikel yang gue baca adalah tentang pentingnya infrastruktur untuk hubungan desa dan kota (khususnya transportasi, terutama transportasi jalan). Di Tanzania, misalnya, petani kecil gak bisa menjual produknya karena infrastruktur jalan sangat buruk. Akhirnya, terpaksa produk mereka dijual ke para calo yang bisa memainkan harga seenaknya. Negara juga dirugikan karena gak bisa mendeteksi berapa produk yang dihasilkan, akhirnya pajak tidak terkumpul (Tacoli, 2006). Bahkan di daerah yang infrastruktur jalannya sudah baik, petani kecil belum tentu bisa memasarkan hasil ladangnya karena ongkos transportasi terlalu mahal. Akibatnya, cuma petani kaya yang bisa menembus pasar...
Kebetulan lagi, di hari yang sama ketika gue baru selesai baca artikel tadi, gue dapet imel dari Stella, yang baru aja pulang dari Motongkad -satu desa yang jaraknya 7 jam dari Manado- buat ngeliat langsung keadaan jalan di sana. Kebetulan2 lagi, kantornya Stella n kantor gue kerja sama buat meneliti keadaan awal jalan2 di Indonesia Timur yang nantinya akan diperbaiki mulai pertengahan 2007 nanti. Keadaan awal kondisi jalan ini akan jadi dasar untuk rencana monitoring dan evaluation nantinya (kalo rencananya gak berubah sih...). Nah, kembali ke imel dari Stella, di imel itu dia bilang:
"... bahkan berpetualang bareng2 ke suatu desa nun jauh di sana (7 jam dari Manado dan mengalami perjalanan yg penuh kocokan perut, tikungan dan tanjakan.... Btw, sepulang dari desa Motongkad itu badan dan kepala gue sakit banget Git...wilayah itu emang benar2 butuh perbaikan jalan. Gak kebayang kalo ada ibu2 yg mau melahirkan, bisa2 keburu brojol di jalan kali ya sebelum ketemu bidan atau dokter..."
Betapa kebetulan, ternyata apa yang dibilang di artikel tentang Tanzania juga terjadi di Indonesia, dan pasti di negara2 lain yang pemerintahnya nggak mampu membangun infrastruktur dengan layak. Kebetulan juga, Stella mengalami langsung di Motongkad. Dan kebetulan lagi, itu adalah proyek yang gue kerjain sebelum gue berangkat kemarin. Kebetulan sekali...
Beberapa menit setelah baca imel itu, bahkan sampe sekarang, gue masih berpikir.. jadi apa yang kita kerjain di kantor selama ini bener-bener terjadi?!. Jadi apa yang sering disebut2 di kantor bahwa "roads infrastructure is the vehicle for economic growth" was for real? Jadi kalo program perbaikan jalan di Indonesia Timur gak ada, mungkin perempuan2 hamil di Motongkad keburu brojol di mobil seperti yang Stella bilang? Atau petani mungkin lagi2 harus berhadapan dengan calo karena gak mampu membayar ongkos transportasi ke kota?
Gak pernah menyangka bahwa apa yang kantor gue kerjain bisa begitu dekat dengan teori yang gue baca. So I had been that close to prove the theory I was reading?.. Waduh, koq malah ngeri sendiri.. Kebayang mukanya Tim V, Pak Hugh, Andrew, Allison, Tim E, Jo, Pak Hatta, Pak Riel, dan lorong2 di kantor PU. Kebayang juga tender2 konsultan yang mau ngerjain perbaikan jalan itu, termasuk meeting2nya.. Hiiiii... serem... Walaupun susah, mudah2an aja proyek ini bisa mengantar ibu2 hamil di Motongkad untuk melahirkan dengan selamat di rumah sakit bersalin terdekat. Mudah2an petani2 di sana bisa membawa hasil pertaniannya ke pasar, naik angkot atau kalau kemahalan bisa naik sepeda atau at least narik gerobak di jalan itu..
Oh.. maybe I'm just being too romatic about all this? Yeah, maybe.
Kebetulan, di kampus gue ada mata kuliah rural-urban linkages, dan salah satu artikel yang gue baca adalah tentang pentingnya infrastruktur untuk hubungan desa dan kota (khususnya transportasi, terutama transportasi jalan). Di Tanzania, misalnya, petani kecil gak bisa menjual produknya karena infrastruktur jalan sangat buruk. Akhirnya, terpaksa produk mereka dijual ke para calo yang bisa memainkan harga seenaknya. Negara juga dirugikan karena gak bisa mendeteksi berapa produk yang dihasilkan, akhirnya pajak tidak terkumpul (Tacoli, 2006). Bahkan di daerah yang infrastruktur jalannya sudah baik, petani kecil belum tentu bisa memasarkan hasil ladangnya karena ongkos transportasi terlalu mahal. Akibatnya, cuma petani kaya yang bisa menembus pasar...
Kebetulan lagi, di hari yang sama ketika gue baru selesai baca artikel tadi, gue dapet imel dari Stella, yang baru aja pulang dari Motongkad -satu desa yang jaraknya 7 jam dari Manado- buat ngeliat langsung keadaan jalan di sana. Kebetulan2 lagi, kantornya Stella n kantor gue kerja sama buat meneliti keadaan awal jalan2 di Indonesia Timur yang nantinya akan diperbaiki mulai pertengahan 2007 nanti. Keadaan awal kondisi jalan ini akan jadi dasar untuk rencana monitoring dan evaluation nantinya (kalo rencananya gak berubah sih...). Nah, kembali ke imel dari Stella, di imel itu dia bilang:
"... bahkan berpetualang bareng2 ke suatu desa nun jauh di sana (7 jam dari Manado dan mengalami perjalanan yg penuh kocokan perut, tikungan dan tanjakan.... Btw, sepulang dari desa Motongkad itu badan dan kepala gue sakit banget Git...wilayah itu emang benar2 butuh perbaikan jalan. Gak kebayang kalo ada ibu2 yg mau melahirkan, bisa2 keburu brojol di jalan kali ya sebelum ketemu bidan atau dokter..."
Betapa kebetulan, ternyata apa yang dibilang di artikel tentang Tanzania juga terjadi di Indonesia, dan pasti di negara2 lain yang pemerintahnya nggak mampu membangun infrastruktur dengan layak. Kebetulan juga, Stella mengalami langsung di Motongkad. Dan kebetulan lagi, itu adalah proyek yang gue kerjain sebelum gue berangkat kemarin. Kebetulan sekali...
Beberapa menit setelah baca imel itu, bahkan sampe sekarang, gue masih berpikir.. jadi apa yang kita kerjain di kantor selama ini bener-bener terjadi?!. Jadi apa yang sering disebut2 di kantor bahwa "roads infrastructure is the vehicle for economic growth" was for real? Jadi kalo program perbaikan jalan di Indonesia Timur gak ada, mungkin perempuan2 hamil di Motongkad keburu brojol di mobil seperti yang Stella bilang? Atau petani mungkin lagi2 harus berhadapan dengan calo karena gak mampu membayar ongkos transportasi ke kota?
Gak pernah menyangka bahwa apa yang kantor gue kerjain bisa begitu dekat dengan teori yang gue baca. So I had been that close to prove the theory I was reading?.. Waduh, koq malah ngeri sendiri.. Kebayang mukanya Tim V, Pak Hugh, Andrew, Allison, Tim E, Jo, Pak Hatta, Pak Riel, dan lorong2 di kantor PU. Kebayang juga tender2 konsultan yang mau ngerjain perbaikan jalan itu, termasuk meeting2nya.. Hiiiii... serem... Walaupun susah, mudah2an aja proyek ini bisa mengantar ibu2 hamil di Motongkad untuk melahirkan dengan selamat di rumah sakit bersalin terdekat. Mudah2an petani2 di sana bisa membawa hasil pertaniannya ke pasar, naik angkot atau kalau kemahalan bisa naik sepeda atau at least narik gerobak di jalan itu..
Oh.. maybe I'm just being too romatic about all this? Yeah, maybe.
<< Home