Saturday, January 6

Pelajaran Akhir Tahun

Hej hej... Gott nytt ar (Happy New Year)... Akhirnya balik juga ke Lund tercinta setelah 2 minggu liburan ke negeri kincir angin (lagi). Hehe. Iya, kali ini mau mengulang liburan yang tertunda waktu itu, karena gak punya uang gara2 hilang tas dan paspor. Libur kali ini gue kabur dari kesepian di Lund, karena semua anak2 pada pulang kampung untuk natal dan tahun baru. Lund sepi banget pasti karena separuh penduduknya yang mahasiswa pada pergi. Termasuk gue. Hihi

Kali ini gue berhasil agak mengeksplor Belanda. Ke Amsterdam, Leiden, Volendam, Rotterdam and Den Haag (pastinya). Seru juga walaupun jalan2 sendirian karena temen2 di Den Haag pada belajar semua karena mau ujian.. Duh, gue jadi merasa jadi pelajar yang nakal karena jalan2 terus. Hihihi. Gak papalah mumpung bisa. Semester depan pasti udah sibuk deh..

Amsterdam kota yang besar banyak gedung2 tua dan cantik, tapi banyak museumnya. Ugh, bukan turis dong kalo gak ke museum, jadilah gue berkunjung ke Reijkmuseum (tempat lukisan2nya Rembrant), Rembranthuis (rumahnya si Rembrant dulu), Van Gogh Museum, Jewish Museum, Anne Frank House. Sumpah mampus gue baru sekali ini liat museum yang isinya lukisan (kecuali Jewish Museum sama Anne Frank House). Di Den Haag juga sempet ke Mauritshuis, isinya lukisan semua. Tapi dasar gue norak, gue terkagum2 dengan audio information yang dibagiin di pintu masuk museum. Ternyata kita berbekal mesin kecil seukuran kalkulator kecil, dan ada headphonenya. Jadi kita tinggal liat lukisan yang ada di depan kita, terus pencet nomer lukisan itu, maka keluarlah informasi ttg lukisan itu. Infonya biasanya tentang ciri lukisan itu, filosofi lukisannya, filosofi sang pelukis dan kepercayaan dia. Ternyata seru juga karena pelukis2 itu punya filosofi yang dalem.. Namanya juga seniman kali yah.. Gue baru tau kalo Rembrant ternyata dicurigai Jewish karena dia banyak melukis laki2 Yahudi, pernikahan orang Yahudi, atau tentang tempat ibadah orang Yahudi. Dia juga punya banyak temen Yahudi dan rumahnya dulu di daerah di mana orang2 Yahudi tinggal. Terus ada lagi pelukis Belgia namanya Breugel, ternyata dia tertarik dengan mitologi Yunani kuno. Lukisannya rata2 tentang orang2 di jaman itu. Menarik juga, gue jadi belajar dan tercengang begitu tahu cerita di balik lukisan2 itu. Gak nyangka bisa end up di berbagai museum di Belanda.

Banyak belajar lah jadinya trip kali ini. Belajar ttg pelukis2 itu, tentang kincir angin dan prinsip kerjanya (di Leiden, di Mollen Museum Van Daft -- yang pernah tinggal di Belanda, please dikoreksi yah). Walaupun ketakutan karena kincir anginnya spooky dan tangganya serem (mana gue takut ketinggian!), gue jadi belajar ternyata kincir angin itu bukan berasal dari Belanda. Bodohnya gue, gue lupa asalnya dari mana :( Yang jelas kincir angin yang dipake untuk menggiling berbagai bahan makanan menjadi tepung atau untuk menggiling tembakau. Amazed juga karena ternyata prinsip kerja kincir angin sangat sederhana. Awalnya malah terinspirasi dari orang2 jaman dulu yang suka menggiling makanan. Mungkin kalo kita di Indonesia suka ngulek bumbu masakan pake batu, itulah cikal bakal kincir angin. Hehe. Cuma bedanya kita ngulek bumbu, mereka menggiling jagung, buat dijadiin tepung. Hehehe..

Pelajaran lain yang didapat adalah tentang komik.. Gue sempet mampir di Comic Strip Museum di Brussel. maklum aja, Belgia kan negara asalnya komik2 kayak Tintin, Asterix, Lucky Luke, Smurf, Denice the Menace, dll. Tapi bukan Gita namanya kalo nggak melakukan hal bodoh. Gue gak tau kalo di Belgia mereka berbahasa Perancis (ini namanya gak culture aware! stupid me..), jadi di museum itu gue terbengong2 ngeliat perkembangan komik dari awal sampe jadi buku komik. Berbekal satu folder yang isinya keterangan singkat ttg perkembangan komik di Belgia, jadilah gue gak bisa baca komik2 yang lucu2 itu. Padahal menarik2. Banyak banget komiknya, kalo yang suka dan ngikutin perkembangan komik, pasti seneng deh... Favorit gue sih teteup Tintin dan Asterix. Ternyata di Belgia komik adalah bisnis besar. Seru juga. Dulunya konik itu cuma suplemen koran orang dewasa, dan ditujukan buat anak2. Awalnya suplemen hitam putih, terus jadi suplemen berwarna dan halamannya tebal. Setelah beberapa lama baru komik dicetak menjadi buku seukuran komik Tintin kayak sekarang. Menarik banget. Lagi2 gue terkagum2 sama komikus besar kayak Herge yang bikin Tintin. Terkagum2 dengan risetnya dia tentang satu negara ke negara lain untuk setiap edisi Tintin. It's not only about a story for kids, it has to be the truth. Hebatnya dia bisa bikin karya besar yang tahan sepanjang masa. All in all, gue juga terkagum2 sama daya khayal komikus2 itu --for making their imagination into reality (and money at the same time). Hebat banget...

Walaupun uang habis dan badan capek karena jalan kaki terus, tapi hati senang. Setelah belajar dari trip ke berbagai museum, gue merasa sangat kecil dan gak bisa berbuat apa2 (catet: bukan belum berbuat apa2, karena Rembrant dan Van Gogh udah berkarya waktu umur mereka 22 tahun. Anne Frank malah umurnya masih 12 tahun waktu dia nulis diary tentang masa pembersihan etnis Yahudi). Trip kali ini membawa semangat buat bisa berkarya seperti halnya orang2 besar yang karyanya ada di museum yang gue kunjungi. It's worth going ternyata untuk pergi ke museum. Apalagi trip ini pas di awal tahun 2007, jadi ada semangat di awal tahun buat bisa berbuat sesuatu. Mudah2an ini bukan sekedar 'another New Year's Resolution' yang gak bisa diwujudkan nantinya. Mudah2an semangatnya gak luntur begitu balik ke Lund. Gak ngeper dan merasa pengen pulang ke Indonesia ketika baca artikel yang banyak dan susah. It takes lots of guts and efforts to make a difference, I know. Wish me luck!