Saturday, March 5

Adaptasi

Phiew..., exhausted banget rasanya minggu ini. Setelah 10 hari trip kantor, lanjut mampir di Singapore, ternyata gue harus langsung ke Bandung akibat satu sad news: my grandma passed away. Kaget lah, karena di tengah2 euphoria di Korea dan liburan, ternyata harus end up dengan berita duka.
Ompung, begitu gue manggil nyokapnya mendiang bokap, emang udah uzur, 89 tahun. Meninggal akibat stroke mendadak, cuma 2 hari. Malam sebelumnya beliau masih seperti biasa, nyanyi2, ngobrol2 dengan sepupu2, dan masih ngebahas iklan di Pantene di TV. My grandma was such a humorous person, ada satu cerita kocak beberapa hari sebelum beliau meninggal. Beliau mbahas iklan PANTENE yang lagi tayang di TV katanya, "kok gitu sih nama merk shampoo itu? gak sopan". Huahaha... komentar wajar dari seorang yang hidup dari jaman feodal. Walhasil semua sepupu2 berusaha meluruskan dan bilang, "bukan dibaca Pante-ne, Pung, tapi: Pentin". Tapi dengan cerdasnya ompung bilang "ya, tapi khan gak semua orang tau kalau cara bacanya begitu". Akhirnya semua cucu2 diam sambil senyum-senyum sendiri...
Keesokan harinya waktu ngobrol bareng keluarga, gue sama satu orang oom gue ngebahas ttg hidup wanita yang bisa dibilang 'godfather' keluarga kita. Kita berdua kagum derngan perjuangan beliau yang gak pernah berhenti sampai titik nafas terakhirnya. Perjuangan yang terberat adalah adaptasi. Gimana nggak, pasti satu struggle yang luar biasa untuk seorang janda yang lahir tahun 1916 untuk terus menjalani hidup sampai tahun 2005. Setelah suaminya meninggal tahun 1997, emang ada masa2 lonely beliau, terutama karena teman2 'seangkatan'nya udah nggak ada. Ompung sudah mulai pikun sejak tahun 2001, praktis ketika cucu2nya sudah meninggalkan rumahnya karena lulus kuliah dan lanjut kerja. Sudah nggak ada teman lagi untuk melatih memorinya lagi mungkin, akibat semua temen ngobrolnya dari generasi ke generasi perlahan meninggalkan dia...
Kegiatan Ompung kemarin2 adalah pengajian. Jangan disangka masih ada temen2 beliau di kelompok pengajian itu. Teman2 ompung disitu adalah teman2 anaknya, yang rata2 beumur 60an...
Kalo dipikir2 dahsyat juga kemampuan adaptasi seorang nenek2 ya? My grandma is such a good example, masih bisa dia komunikasi sama enam orang cicitnya, berusaha untuk tetap dekat, walaupun kalo disimak isi obrolan mereka sama sekali gak nyambung!
Hah... dari segala kesedihan keluarga akibat ditinggal, yang paling lekat adalah kenangan yang dalammmmm selama panjang umur Ompung. Mengingat Beliau orang yang sangat struggle sepanjang hidup, seorang pendidik yang sangat baik untuk anak2nya, gak pernah marah, tegar dan mampu keep up dengan segala perubahan hidupnya. Hal terakhir ini yang membuat gue terbengong-bengong setengah mati.. Even ketika salah satu putranya mendahuluinya, which was my father, dia tetap dengan pesan keibuannya, "Baik-baik di sana ya, Nak...."
Despite all sorrow, setiap orang di keluarga gue juga merasakan satu kebahagiaan yang terselip untuk sang nenek. Berhasil sudah perjuangannya untuk terus beradaptasi dengan generasi di bawahnya, dengan segala permasalahan di lingkungannya, dan segala perubahan yang mungkin gak masuk akal untuk wanita jaman baheula seperti beliau. And for that, she really deserves a lovely reunion with her husband, friends, and other people from her generation.
***
Berbagai kepergian, berita duka, dan segala kehilangan yang terjadi di dekat kita, menggelitik gue untuk mengutip sedikit lirik lagu dari The Eagles, The Last Resort. Enjoy!.
...
Who will provide the grand design?
What is yours and what is mine?
'Cause there is no more new frontier
We have got to make it here
...