Monday, January 7

Take and Give

Hidup memang bisa memberikan apapun bagi manusia. Dan saya bersyukur bisa menjalani hidup dan menikmatinya. Saya merasa Tuhan telah memberikan segala yang saya mau selama ini. Terima kasih, Tuhan.

Kadang rasanya malu ketika saya berdoa dan meminta pada Tuhan tentang banyak hal yang saya mau. Rasanya saya selalu meminta pada-Nya tanpa mampu memberikan apapun pada Dia. Tapi apa yang bisa saya berikan padaNya? Apa yang pantas saya berikan pada Tuhan saya?

Sebuah relationship adalah sesuatu yang bersifat take and give. Hubungan vertikal manusia dengan Tuhan, menurut saya, juga satu bentuk hubungan take and give. Tapi dalam hati saya, ketika saya menilai hubungan saya dengan Dia, sepertinya semua ini, sampai hari ini, masih one-sided. Saya hanya mengambil, meminta, memohon segalanya padaNya, tapi saya belum pernah secara sadar memberikan apapun padaNya. Apa yang sudah saya berikan pada Dia?

Kata orang, kita harus berserah diri kepadanya, bersyukur atas apa yang sudah diberikan pada kita, mengamalkan ajarannya. Itu bentuk taqwa manusia, kesempatan bagi kita untuk memberikan 'sesuatu' pada Tuhan, walaupun Dia juga tidak meminta itu...

Dulu saya pikir, Tuhan akan marah dan menghukum saya jika saya melakukan hal yang tidak disukaiNya. Tapi.. bukankah Tuhan tidak pernah marah? Lagipula, saya pikir, untuk apa Tuhan marah pada saya? Saya hanyalah potongan super super kecil dari kuasaNya. Saya bukanlah satu hal signifikan yang perlu dipikirkan oleh-Nya. Why bother being mad at me? at us? at stupid-small thing in the universe that is not significant at all?

Namun saya percaya, ada alasan untuk segala sesuatu. Manusia, termasuk saya, memang makhluk kecil bagi Tuhan. Tapi sebongkah pikiran pada manusia adalah sesuatu yang membuatnya menjadi makhluk Tuhan yang mulia dan istimewa. Bersyukurlah kita, manusia, punya pikiran yang kuat untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup. Bersyukurlah kita, manusia yang mampu berpikir, bisa membuat pilihan-pilihan dalam hidup. Diluar keterbatasan fisikal yang membatasi pikiran dan perbuatan manusia, pikiran kita adalah satu aset yang tak ternilai harganya, yang bisa merubah hidup manusia anytime, anywhere, jika kita mau. Bersyukurlah kita...

Sekali lagi, pasti ada alasan kenapa saya, anda, kita, dipersilakan hidup oleh-Nya. Ada alasan kenapa manusia boleh mendapatkan banyak hal dari kehidupan. Ada alasan mengapa kita diijinkan untuk mengeruk pengalaman, ilmu dan materi, sebanyak-banyaknya dari kehidupan. Tapi... apa yang bisa kita berikan bagi kehidupan?

Sebagai pembungkus (as a wrap?), mungkinkah apa yang kita berikan kembali bagi kehidupan - if we can afford it - adalah sesuatu yang kita berikan pada Tuhan? Itukah wujud dari 'take and give' antara kita dengan Tuhan?

Wallahu alam. Cuma Dia yang tahu.