Friday, November 23

Imagine

Duduk di lobby hotel Daewoo Hanoi, sambil menyimak permainan piano dan biola menjadi momen favorit saya. Terutama, environment yang cozy dan tenang itu membantu saya berkonsentrasi dan bekerja. Sudah dua kali duduk di sini, I reckon that this is where I can be productive most.

Kali ini sang pianis memainkan lagu "Imagine"- nya The Beatles. Rasanya damai sekali, saya yang tadinya membaca dengan anteng akhirnya tidak tahan juga untuk berhenti sejenak dan menyimak permainannya.

Pikiran saya pun melayang ke rencana penelitian saya, menemui korban-korban perdagangan perempuan di Vietnam. Saya membayangkan suatu saat saya bisa bertemu dengan mereka, apakah mereka akan gembira, atau malah takut ketika bertemu dengan saya? Atau malah saya sendiri yang takut? Ah.. sekarang saya memang hanya bisa berimajinasi tentang pertemuan saya dengan mereka. Mereka yang katanya berasal dari desa dan miskin, terperangkap dalam berbagai keterbatasan, akhirnya melihat migrasi sebagai satu cara untuk memperbaiki hidupnya dan hidup keluarganya. Mereka bekerja at high cost, melupakan berbagai eksploitasi terhadap dirinya demi satu tekad membantu keluarga, membayar hutang pada sang tuan tanah, atau membiayai orang tua yang sakit. Mulia sekali kedengarannya, walaupun pada kenyataannya banyak juga yang mencari uang untuk kepuasan materialnya sendiri.

Saya memang belum bertemu dengan satu pun dari mereka, mudah-mudahan saya punya kesempatan itu, dan mudah-mudahan saya diberi nyali yang cukup kuat untuk bertemu dan ngobrol dengan mereka. Tapi saya punya keinginan untuk menulis sesuatu untuk mereka , di tesis saya, mudah-mudahan mereka berkenan. Saya tahu tulisan saya nanti tidak bisa merubah apapun, tapi mudah-mudahan saya bisa jadi pendengar yang baik ketika bertemu dengan mereka.

Waktu saya tinggal satu bulan di sini. Sang pianis sudah memainkan beberapa lagu sejak lagu Imagine tadi. Tapi saya tahu, saya akan tetap berimajinasi, membayangkan saat-saat saya ngobrol dengan para perempuan korban trafficking yang saya tahu akan sulit.. Mudah-mudahan saya tidak hanya sekedar berangan-angan. Mudah-mudahan saya bisa menulis sesuatu dengan hati di tesis saya. Bukan untuk menjual penderitaan mereka, mudah-mudahan... *knock-on-wood*. It will be just a piece of academic paper of a silly student, happened to be dumped in Hanoi for 4 months without knowing what to do...